Sehari-hari
dalam kehidupan manusia, kita mengenal angka, bilangan, hitungan dan
matematika. Di rumah, di perjalanan, di stasiun kereta api, di rumah sakit
yah…dimana saja kita akan menjumpai angka bilangan.
Tak dapat
dibayangkan, bagaimana jadinya dengan dunia ini sekiranya manusia tidak
mengenal hitungan atau matematika. Mungkin dunia akan tetap dalam kebodohan.
Sepi dan kosong melompong. Tak ada bangunan, tak ada jembatan tak ada kegiatan
ekonomi. Bahkan tak ada gerak. Pokoknya gak ada apa-apa deh. Mengapa? Sebab apa
yang ada sekarang ini semua diawali dengan hitungan dan matematika.
Nampaknya
sejak manusia mengenal cara hitung-menghitung, dapat dikatakan peradaban
dimulai. Kapan manusia mengenal bilangan atau hitungan?
Sejarah
mengungkapkan bahwa manusia manusia-manusia primitif yang hidup berabad-abad
yang lalu ternyata sudah mengenal hitungan. Mereka telah mengenal
hitung-menghitung meskipun masih sangat sederhana. Alat hitungan pertama yang
mereka gunakan adalah jari-jemari yang ada., yaitu 20. diperkirakan kemampuan mereka
menghitung hanya sampai 20 saja.
Kemampuan
manusia menghitung sampai 20 ini dapat diselidiki melalui penelusuran sejarah
bahasa Prancis. bilangan 80 dan 90 dalam bahasa Perancis diucapkan
“quatrevingt” dan “quatrevingt-dix” yang artinya “empat-duapuluh” dan
“empat-duapuluh-sepuluh”. Bilangan duapuluh menjadi dasar hitungan dan lipatan.
Manusia hanya memiliki jari 20, maka setelah sampai bilangan 20 manusia
primitif tidak bisa menghitung lagi. Selama bilangan-bilangan di atas 20 belum
diketemukan.
Perkembangan
selanjutnya dicapai ketika manusia mulai hidup menetap di suatu tempat dan
mulai menggunakan alat bantu untuk menghitung, yang mula-mula adalah kerikil.
Tiap kerikil mempunyai nilai angka tertentu.
Bangsa
Cina mengenal alat hitung yang disebut sempoa.
Ini adalah hasil dari perkembangan batu-batu kerikil yang ditaruh dalam
lubang-lubang di tanah. Orang Inka yang tinggal di Peru, Amerika Selatan menggunakan
tali-temali yang bersimpul-simpul untuk menyatakan bilangan. Tiap simpul
memiliki nilai bilangan sendiri.
Alat-alat
hitung ini yang kemudian membantu perkembangan ilmu hitung (arithmatika) dan
geometri, dua ilmu yang menjadi pilar utama dari matematika. Dari sinilah
peradaban manusia yang sesungguhnya dimulai. Manusia tak hanya mengenal ilmu
ekonomi dan perdagangan tanpa mengetahui hitungan atau ilmu hitung yang
diketemukan oleh bangsa Mesopotamia dan Hindu.
Tak akan ada gedung-gedung pencakar langit dan jembatan-jembatan yang kokoh
bila tak ditemukan ilmu dan teknik geometri oleh ahli matematika bangsa Mesir
Kuno.
Peradaban
membawa kehidupan mencapai kemajuan dan dunia tak lagi sepi. Teknologi semakin
maju pesat, karena manusia memang makhluk yang paling pandai dan tidak pernah
puas. Dengan akal budinya, manusia terus-menerus mengembangkan
penemuan-penemuannya. Alat-alat hitung yang semula hanya jari-jemari kini tak
lagi berfungsi lagi untuk hitung-menghitung.
El widra